Posts

Showing posts from August, 2018

Menjejak Gerbong Kota Serang

Pada 17 Juli 2007 silam, wajah sejumlah elemen tokoh pembentukan Kota Serang, tampak dilimuti kegembiraan di tangga gedung DPR/MPR Jakarta. Pada hari itu, merupakan puncak suka cita karena RUU Pembentukan Kota Serang disahkan menjadi RUU. UU No 32 Tahun 2007 kemudian dituangkan dalam lembar negara pada 10 Agustus 2007. Sebagai wartawan, penulis saat itu turut menyaksikan dan merasakan momentum bersejarah tersebut.   Kota Serang telah lahir sebagai daerah otonom baru. Layaknya menanti kelahiran bayi, tentu banyak harapan dari elemen masyarakat Kota Serang membuncah dengan lahirnya Kota Serang. Dari berbagai harapan, paling esensial seperti disampaikan Ketua Tim Percepatan Pembentukan   Serang Kota (TP2SK) Tb Edi Mulyadi saat kelahiran Kota Serang, yakni diharapkan percepatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik. Dua hal ini, menurut penulis, yang sejatinya menjadi pegangan atas segala kebijakan Pemerintah Kota Serang ke depan. Kini Kota Serang, pada Jumat (10/8...

Soliditas ASN, Kunci Kemajuan Daerah

Komitmen pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance), dalam dasawarsa belakangan ini semakin gencar. Sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai berlanjut ke era Presiden Joko Widodo sekarang, berbagai upaya reformasi birokrasi terus dilakukan. Salah satu gebrakan terbaru dari pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokasi (Kemen-PAN&RB) yakni pembangunan zona integritas. Gerakan ini diharapkan bisa mempercepat terwujudnya birokrasi yang bersih. Salah satunya melalui penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN). Penyampaian LHKASN ini Diharapkan mampu mencegah kemungkinan para pegawai melakukan penyimpangan. Di Pemerintahan Provinsi Banten , upaya reformasi birokrasi juga dilakukan. Namun, tentu masih menghadapi banyak kendala. Soliditas aparatur menjadi salah satu yang masih harus mendapat perhatian serius. Apalagi, saat era transisi sekarang dari...

Dididik Keras Belajar Alquran

Nadzir Kesultanan Banten H Tubagus Ismetullah Al-Abbas punya pengalaman yang tak terlupakan saat belajar Alquran pada usia kanak-kanak. Salah satu yang dirasakan yakni dididik keras oleh ayahnya KH. Tubagus Wase’ Abbas (Alm) atau lebih dikenal dengan sapaan Tus Kuncung. “Sebelum menginjak sekolah dasar (SD), saya sudah diajarkan belajar dan menghafal Alquran. Bersama KH. Tubagus Hafidz Al Abbas dan H. Tubagus A. Sadzili Wasi, kami bertiga setelah Maghrib tidak boleh kemana-mana. Kami harus belajar Alquran dengan Abah,” tutur Ismet dikediamannya, Ahad (12/7/2015). Ia menuturkan saat mengaji Alquran tersebut, Abahnya menyiapkan kobokan air. Menurut Ismet, kalau ada diantara dia dan kedua saudaranya yang tidak benar dalam bacaannya langsung disiram. “Langsung saja diceborin air kobokan,” tutur pria delapan bersaudara ini. Ia mengakui Abahnya dikenal keras dalam mengajarkan Alquran kepada anak-anaknya. Salah satu yang ditekankannya yakni dalam membaca Alquran harus fasih dan sesu...

Dengan Ikhlas, Hidup Jadi Mudah

BERAWAL dari kalangan keluarga petani yang sederhana, menempa dirinya memiliki jiwa yang gigih, sabar, tabah dan ikhlas. Kini, KH. Mahmudi, memetik buah dari kerja kerasnya memiliki pesantren besar dan menjadi dai kondang. Bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Serang, nama KH. Mahmudi, mungkin tak asing lagi. Selain dikenal sebagai dai kondang, ia juga menjadi pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Mubarok. Kiai humoris ini juga menyandang sebagai Ketua Umum MUI Kota Serang. Keberhasilannya seperti ini tentu tak diraih dengan mudah. Banyak lika liku, cucuran keringat, tetesan air mata, yang mewarnai perjalanan pria kelahiran Kampung Nyamuk, Desa Margagiri, Kabupaten Serang, 17 Agustus 1962 ini. Dibesarkan dari keluarga petani yang sederhana, Mahmudi telah ditinggal ibunya sejak berumur satu tahun. Ia berasal dari keluarga yang taat beribadah. Ayahnya merupakan guru ngaji dan kakeknya KH. Sulaiman, merupakan ulama besar, juga Camat Bojonegara pertama pada tahun 1945. Mahmudi kecil...

Pamor Piala Dunia dan Pilkada

Entah kebetulan atau tidak, pesta demokrasi di Indonesia,   karapkali beriringan waktunya dengan penyelenggaraan turnamen bergengsi sepak bola Piala Dunia. Bahkan, pada Piala Dunia 2014 di Brasil, laga final berbarengan dengan malam menjelang pencoblosan Pemilihan Presiden (Pilpres). Pada pilkada serentak 2018 ini,   pamor Piala Dunia kembali menjadi “teman” masyarakat untuk begadang.   Bahkan, saat malam menjelang pencoblosan, pecandu sepak bola akan menyaksikan pertandingan seru dari tim unggulan yang sedang berjuang supaya lolos babak ke 16 besar. Membandingkan pamor Piala Dunia dan pilkada tentu tak relevan mengingat keduanya pada ranah   yang berbeda. Yakni sepak bola merupakan olahraga dan pilkada merupakan ranah politik. Hal yang sama, tentu pada semangat berkompetisi secara fair tanpa kecurangan. Di dunia sepak bola dikenal dengan istilah “fair play” yang kemudian banyak diadopsi   ke dalam politik dengan slogan siap kalah dan menang. Pamor Piala...

Dukungan Industri dalam Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan gencar dalam upaya menyelaraskan pendidikan dengan industri. Upaya rersebut yakni dengan peluncuran program pendidikan vokasi industri. Salah satunya di Kota Cilegon pada 5 Maret 2018.. Sebelumnya peluncuran serupa juga telah dilaksanakan di wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Dimana tahap I dilakukan di Jawa Timur, dengan melibatkan 50 perusahaan industri dan 234 SMK yang langsung diresmikan oleh Wakil Presiden RI. Tahap II di Jawa Tengah, melibatkan 117 perusahaan industri dan 392 SMK yang diresmikan langsung oleh Menperin bersama dengan Mendikbud, dan tahap III di wilayah Jawa Barat, dengan melibatkan 141 perusahaan industri dan 393 SMK yang langsung diluncurkan oleh Presiden RI. Sementara tahap IV dilakukan di wilayah Sumatera Utara, melibatkan 117 perusahaan industri dan 226 SMK, kemudian di wilayah Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau yang diresmikan oleh Me...

Pelaku Usaha Hadapi Revolusi Industri 4.0

Saat ini pemerintah sedang gencar mempersiapkan pelaku usaha dalam rangka menyongsong revolusi industri atau yang dikenal dengan industri generasi ke-empat atau industri 4.0. Praktisi dan Pengamat Perbankan Andreas Hassim dalam tulisannya berjudul “Revolusi Industri” di Investor Daily, 17 Juni 2016, menjelaskan   r evolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Menurut dia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan p...

Produk Lokal Banten Bidik Pasar Digital

Perkembangan teknologi   digital telah berjalan begitu cepat. Hal itu sangat berpengaruh pada seluruh sektor kehidupan. Termasuk dalam sektor perdagangan. Dengan hadirnya teknologi digital, pemasaran produk tidak lagi terpaku pada cara-cara konvensional. Seperti dilansir Kantor Berita Antara Rabu (14/2/2018), Huawei dan Oxford Economics   merilis laporan bertajuk Digital Spillover 2017, bahwa tahun 2025, pemakaian intemet untuk kegiatan usaha diprediksi tumbuh pesat di berbagai sektor industri. Saat itu pula, ekonomi digital tumbuh dan berkontribusi hingga 24,3 persen terhadap PDB dunia. Teknologi digital yang sedianya hanya berperan sebagai pendukung kini semakin berkembang dan mengambil peran strategis dalam proses pengambilan keputusan. Evolusi ini akan menjadi faktor utama untuk peningkatan kualitas dan efisiensi suatu perusahaan. Namun demikian,   Executive Product Manager Huawei Indonesia, Arri Marsenaldi, menjelaskan, Indonesia saat ini sedang memasuki fas...

Bentengi Keluarga Dengan Nilai Agama

KRISIS keluarga belakangan makin marak saja. Faktanya fenomena kawin cerai, anak yang lari dari rumah, tindak kekerasan, serta sederet persoalan keluarga, hampir bisa dilihat di sekeliling kehidupan kita. Krisis keluarga kerapkali terjadi akibat bangunan rumah tangga yang dibina rapuh dan jauh dari nilai keagamaan. Disamping juga sikap keteladanan, jalinan kasih sayang, rasa kekeluargaan yang dibiarkan pudar. Alhasil, biduk rumah tangga menjadi mudah terombang ambing dan mudah pecah karena tidak ada yang membentenginya. Itu sedikit gambaran yang diutarakan oleh Prof KH Abdul Wahab Afif, MA, tentang kondisi keluarga yang terjadi akhir-akhir ini. Ditemui di rumahnya yang sederhana di Kompleks Ciceri Indah Kota Serang, Jumat (20/2/2005), ulama kharismatik ini sudah ditunggu beberapa tamu dari berbagai kalangan masyarakat. Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten dengan ramah mempersilakan Fajar Banten untuk masuk ke ruang tengah. Dinding rumahnya penuh dengan foto...

Keluarga dengan Beragam Keahlian

Prof KH Abdul Wahab Afif lahir di Desa Majasem Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, 12 September 1936 dari pasangan KH Afif dan Hj Sofiyah (Nok). Sejak kecil ia belajar di Sekolah Rakyat (SR) pada pagi hari dan sore harinya di Madrasah Ibtidaiyah (MI Al-Khairiyah dan malam harinya mengaji di KH Nurudin Majasem dan KH Jamhadi, Kepuren. Kecerdasannya dalam bidang agama makin menonjol saat mulai nyantri di Ponpes Al-Khariyah Citangkil yang kemudian memgantarkannya belajar di Universitas Al- Azhar Kairo Mesir. Ia merupakan santri pertama dari Banten yang mencengangkan universitas yang menjadi kiblat studi Islam di dunia tersebut. Di negeri Anwar Sadat itu, Prof Wahab aktif dalam berbagai organisasi yang menempanya menjadi mahasiswa yang unggul. Selesai meraih gelar sarjana dan master of arts (MA) ia kembali ke kampung halamannya di Serang Banten. Prof Wahab menikahi Sri Anisah pada 18 Januari 1966 yang merupakan putri gurunya Prof KH M Syadeli Hasan. Dari perkawinanya ini, Prof Wahab ...

Rokok Haram, Tanya Hatimu

RAPAT ijtima’ ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia pada 26 Januari 2009, di Padang Panjang Sumatera Barat, memunculkan beberapa fatwa terhadap persoalan yang berkembang pada masyarakat. Salah satunya tentang rokok haram. Fatwa ini menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat, baik yang pro maupun kontra. Yang menyatakan kontra mengatakan, fatwa merokok haram belum saatnya dikeluarkan, karena masih banyak perbedaan pendapat serta merugikan bagi ekonomi. Sedangkan bagi yang pro menyatakan, fatwa haram merokok dikeluarkan dalam rangka mencegah kemudharatan yang lebih besar. Ketua Umum MUI Provinsi Banten, Prof KH Wahab Afif, MA, menyatakan ijtima’ ulama yang dikeluarkan oleh MUI Pusat tentang rokok haram memang hal yang sensitif sehingga banyak menimbulkan tanggapan beragam. Yang jelas, kata peraih gelar master of art (MA) dari Universitas Al-Azhar Kairo ini, masyarakat lambat laun akan secara sadar memahami keluarnya fatwa tersebut. Rektor IAIB ini, mengungkapkan, sebuah fatwa di...

Tahun Baru, Semangat Perubahan

PERAYAAN tahun baru Hijriyah dan Masehi   hanya berselang beberapa hari saja. Pasalnya Tahun Baru Hijriyah jatuh pada tanggal 29 Desember 2008 atau dua hari sebelum tahun baru Masehi 1 Januari 2009. Menang tidak ada persoalan besar terkait dengan berdekatannya perayaan tahun baru tersebut. Namun bila ditelisik, faktanya, masyarakat menganggap antara tahun baru Islam atau hijriyah dengan tahun baru masehi sesuatu yang amat kontras. Hal ini terkait dengan perayaan yang dilakukan. Tahun baru masehi harus diakui selalu gegap gempita dengan perayaan pesta dan hiburan atau pesta rakyat. Sedangkan tahun baru hijriyah terkesan ekslusif karena dirayakan dalam kerangka teologis umat Islam an sich . Menurut doktor sejarah pemikiran Islam Universitas Leiden Belanda, Mufti Ali, Ph.D, sebetulnya antara tahun baru hijriyah dan tahun baru masehi hanya identifikasi saja. Adanya perbedaan dalam hal perayaan, lebih karena asal usul sejarah, teologi dan tradisi. Menurut dosen Fakultas Ushul...

Debus Juga Media Dakwah

RAPAT koordinasi daerah (rakorda) MUI XIII se-Jawa dan Lampung yang digelar di Hotel Le Dian Kota Serang sejak 11-12 Agustus, mencuatkan tentang beberapa hal yang menjadi bahasan. Salah satu yang cukup menarik, soal hukum debus yang dibahas di Komisi C yang membidangi fatwa. Salah satu hasilnya, antraksi debus yang meminta bantuan jin dan setan dinyatakan tidak boleh atau haram, sedangkan debus yang dibolehkan, yakni yang menggunakan ketermapilan tangan dan olah tubuh   Dalam fatwa tersebut, MUI menimbang bahwa debus serta hal-hal lain yang sejenis akhir-akhir ini semakin merebak dengan bebas dan tersiar secara luas di tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak dan elektronik, maupun media komunikasi modern. Dengan demikian, dalam kenyataan debus telah menimbulkan berbagai dampak negatif bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, terutama generasi muda pada akidah Islamiyah maupun terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat yang beradab dan berilmu pengeta...