Bentengi Keluarga Dengan Nilai Agama
KRISIS
keluarga belakangan makin marak saja. Faktanya fenomena kawin cerai, anak yang
lari dari rumah, tindak kekerasan, serta sederet persoalan keluarga, hampir
bisa dilihat di sekeliling kehidupan kita.
Krisis
keluarga kerapkali terjadi akibat bangunan rumah tangga yang dibina rapuh dan
jauh dari nilai keagamaan. Disamping juga sikap keteladanan, jalinan kasih
sayang, rasa kekeluargaan yang dibiarkan pudar. Alhasil, biduk rumah tangga
menjadi mudah terombang ambing dan mudah pecah karena tidak ada yang
membentenginya.
Itu
sedikit gambaran yang diutarakan oleh Prof KH Abdul Wahab Afif, MA, tentang
kondisi keluarga yang terjadi akhir-akhir ini.
Ditemui
di rumahnya yang sederhana di Kompleks Ciceri Indah Kota Serang, Jumat (20/2/2005),
ulama kharismatik ini sudah ditunggu beberapa tamu dari berbagai kalangan
masyarakat.
Ketua
Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten dengan ramah mempersilakan
Fajar Banten untuk masuk ke ruang tengah. Dinding rumahnya penuh dengan foto
keluarga, dan kaligrafi. Sederhana namun suasana rumahnya penuh kesejukan.
Berpakaian
batik, Rektor Institut Agama Islam Banten (IAIB) ini, cukup simpel
mengungkapkan rahasianya. Sesekali istrinya Hj Sri Anisah turut menambahkan apa
yang dipaparkan.
Membangun
rumah tangga itu, kata dia, harus dilandasi nilai-nilai keagamaan. Yakni harus
ditaburi dengan saling kepercayaan, penuh cinta kasih, kebaikan, dan rasa
sayang. Tujuan berkeluarga yakni mewujudkan keluarga yang sakinah (penuh
kecintaan), mawaddah (kebahagiaan dan ketentraman hidup) serta warahmah
(penuh cinta kasih dan sayang).
“Setiap
ada persoalan rumah tangga harus diselesaikan bukan dengan emosi tetapi dengan
musyawarah yang didasari kasih sayang dan rasa kekeluargaan. Alhamdulilah, anak
Abah (Sebutan untuk dirinya, red), semuanya telah menempuh pendidikan hingga
perguruan tinggi (PT). Abah bersama isteri mengasuh,mendidik anak dengan
curahan kasih sayang. Semua anak Abah tidak ada yang diasuh oleh pembantu,”
ungkapnya.
Itu
pula, menurut Abah, yang menjadi alasan mengapa isteri tercintanya baru mau
dicalonkan sebagai wakil rakyat pada 1992. Padahal, jelas Prof Wahab, tahun
80-an sudah sering ditawari. HJ Sri Anisah pernah menjadi anggota DPRD
Kabupaten Serang dua periode dan kini masih menjadi anggota DPRD Provinsi
Banten.
“Demi
anak. Itu alasan utamanya. Setelah semuanya besar, baru mau dicalonkan,” kata
ulama yang dikenal tegas dan pemberani ini.
Ia
menngungkapkan, dalam menjalani rumah tangga, ada dua hal pokok yang menjadi
bentengnya. Yakni menanamkan nilai-nilai keagamaan dan sifat kekeluargaan.
“Taat kepada orang tua dan harus jadi panutan,” ungkapnya.
Selama
menjalani kehidupan berumah tangga, menurut Prof Wahab, ia tak banyak menemui
banyak persoalan. Satu hal yang ia tanamkan kepada seluruh keluarganya, yakni
dengan menyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah Swt. “Alhamudilah meski
kami tak punya kebun ubi, singkong, rambutan, duren,tapi ada saja yang datang
ke rumah untuk memberikan saat panen. Ini patut disyukuri,” kata ahli fiqh ini.
Menurut
Prof Wahab, Allah Swt itu maha bijaksana dan mulya. Maka dari itu, siapa saja
yang membantu atau menolong orang lain maka pasti Allah akan membalasnya dengan
berlipat.
Kini
pada usianya yang menginjak 73 tahun, Prof Wahab, dapat tersenuyum ceria karena
ke-6 anaknya sudah berhasil sesuai dengan bidangnya masing-masing. Diantara
ke-6 anaknya tersebut yakni ada yang menjadi Ketua KPU Kota Serang yakni M
Arief Iqbal, dan ada juga yang sedang mengikuti pencalonan dalam pemilu
legislatif untuk DPR, yakni Ahmad Afifi.***
Comments
Post a Comment