Dengan Ikhlas, Hidup Jadi Mudah


BERAWAL dari kalangan keluarga petani yang sederhana, menempa dirinya memiliki jiwa yang gigih, sabar, tabah dan ikhlas. Kini, KH. Mahmudi, memetik buah dari kerja kerasnya memiliki pesantren besar dan menjadi dai kondang.

Bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Serang, nama KH. Mahmudi, mungkin tak asing lagi. Selain dikenal sebagai dai kondang, ia juga menjadi pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Mubarok. Kiai humoris ini juga menyandang sebagai Ketua Umum MUI Kota Serang.
Keberhasilannya seperti ini tentu tak diraih dengan mudah. Banyak lika liku, cucuran keringat, tetesan air mata, yang mewarnai perjalanan pria kelahiran Kampung Nyamuk, Desa Margagiri, Kabupaten Serang, 17 Agustus 1962 ini.
Dibesarkan dari keluarga petani yang sederhana, Mahmudi telah ditinggal ibunya sejak berumur satu tahun. Ia berasal dari keluarga yang taat beribadah. Ayahnya merupakan guru ngaji dan kakeknya KH. Sulaiman, merupakan ulama besar, juga Camat Bojonegara pertama pada tahun 1945.
Mahmudi kecil memulai pendidikan di SDN 2 Bojonegara. Namun demikian, saat kelas III, ia memilih mondok di Pesantren Al-Barokah Teluk Bako. Tiga tahun kemudian pada 1975-1982 pindah ke Pesantren Cibeber.
“Saat nyantri saya hidup sangat prihatin. Jika ada makanan ya dimakan. Kalau tidak ada ya puasa,” tuturnya.
Selain nyantri, Mahmudi juga gigih melanjutkan pendidikan formalnya dari madrasah ibtidaiyah hingga aliyah.  Selama sekolah, dikenal sebagai siswa yang cerdas, pintai dan mahir dalam berpidato.
Bakat berpidato mulai berkembang sejak masuk jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs). Hampir setiap perlombaan cabang pidato, ia ikut dan keluar sebagai juaranya. Ia amat mengagumi dai-dai kondang seperti KH. Zainuddin MZ, KH. Miftah Farid dan KH. Sykuron Makmun.
“Saya berpidato bukan semata-mata karena materi tetapi karena ikhlas, sebagai tugas dan kewajiban umat Islam,” katanya.
Ciri khasnya dalam berdakwah yakni materi tidak menjemukkan, sindiran yang tidak menyakitkan, cerita yang menarik disertai humor.
Selain piawai berpidato, Mahmudi juga menyelami kehidupan pesantren. “Saya dekat dengan kiai sehingga tahu betul bagaimana menumbuhkan keikhlasan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi persoalan,” katanya.
Pengalaman itu menjadi modal berharga saat dirinya kemudian mendirikan dan mengembangkan Pondok Pesantren Al-Mubarok di Jl. KH. Abdul Latief No. 07 Sumur Pecung Kota Serang.
Awal berdirinya Pondok Pesantren Al Mubarok dari tempat mengaji. Kemudian berkembang pesat saat mendirikan MTs pada 2001.  Waktu itu MTs Al Mubarok hanya memiliki satu ruang belajar dan satu kantor. Namun demikian, karena kegigihan dan atas usaha dakwahnya, saat ini Al-Mubarok telah berkembang pesat. Luas lahannya telah mencapai 10.000 m2 dengan jenjang pendidian dari madrasah diniyah (MD), MTs, SMA, majelis taklim, panti sosial anak asuh (PSAA). Jumlah santrinya sudah mencapai ribuan.
Lantas rahasia apa yang membuat KH. Mahmudi meraih kesuksesan sekarang? “Semua pekerjaan harus dilakukan semata-mata ibadah. Ini yang membuat saya memiliki etos kerja yang dinamis. Ibadah menumbuhkan dan menimbulkan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat akan berbuah manfaat. Semakin besar dan banyak manfaat yang kita berikan semakin besar pula manfaat yang kita terima. Ini sunnatullah,” katanya.
Saat kesulitan melandanya, Mahmudi berpedoman pada nasihat para gurunya. “Menanam di sini mungkin bisa memetik di sana. Dan menanam di sana mungkin bisa memetik di sini,” tuturnya.
Ia berpesan, dalam menjalani hidup, keihklasan menjadi kunci utama. Bagi dia, dengan ikhlas maka kehidupan akan lebih mudah dijalani.***


Comments

Popular posts from this blog

Pantai Gope, Wisata Pantai Termurah di Banten

Pers, Koperasi dan Penggerak Ekonomi (Refleksi Enam Tahun Koperasi Karyawan Kabar Banten)

Spirit ‘Aje Kendor’ Memajukan Kota Serang