Meraih Kemuliaan Lailatul Qadar
![]() |
Gua Hira selalu ramai dikunjungi peziarah. Foto diambil saat musim haji 2019. Gua Hira merupakan tempat pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. |
Salah
satu keutamaan bulan Ramadan yakni terdapat suatu malam yang mulai yang
dinamakan Lailatul Qadar. Allah SWT
berfirman dalam Surat Al-Qadar ayat 1-5.
“Sesungguhnya
kami telah menurunkan (Alquran) pada malam qadar. Dan tahukan kamu apa malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua
urusan. Sejahtera lah (malam itu) sampai terbitnya fajar”.
M
Quraish Shihab dalam buku “Membumikan Al Quran (Mizan, 1995) mengutarakan
lailatul qadar pertama kali ditemui atau menemui Nabi Muhammad SAW ketika
beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat.
Ketika jiwa beliau mencapai kesuciannya turunlah Ar-Ruh (Jibril) menyampaikan
wahyu pertama dari Allah SWT dan membimbing Nabi Muhammad SAW. Dari malam itu lah kemudian terjadinya
perubahan total dalam diri Nabi Muhammad SAW, bahkan perjalanan hidup untuk
manusia, yakni dari zaman kegelapan menjadi zaman pencerahan.
Mengenai
turunnya lailatul qadar apakah ada pada setiap Ramadan atau hanya sekali saat
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW? Quraish Shihab mengungkapkan berbagai
pendapat ulama. Pertama, lailatul qadar hanya turun sekali saat Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu. Alasannya, karena wahyu Al Quran sudah sempurna dan tidak
lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, maka malam mulai (lailatul
qadar) tidak hadir lagi.
Kedua,
pendapat yang menyatakan lailatul qadar terjadi setiap bulan Ramadan yang
merujuk pada teks Alquran dan Hadits.
Dalam
hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, “Carilah malam lailatul qadar
pada malam ganjil di antara sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”.
Imam
Izzuddin bin Abdus Salam dalam kitab “Maqashidul Ibadat” mengungkapkan lailatul
qadar terdapat pada sepuluh terakhir malam bulan Ramadan, lebih mungkin pada
malam ganjil, yakni malam dua puluh satu Ramadan.
Imam
Izzuddin mendasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Disebutkan Rasulullah SAW pernah
melihat lailatul qadar. Disebutkan Masjid Nabawi diguyur hujan pada malam dua
puluh satu Ramadan. Kemudian terlihat bekas tanah dan kening dan hidung
Rasulullah SAW.
Imam
Izzudin berpendapat malam dua puluh satu Ramadan merupakan paling kuat adanya
lailatul qadar karena pada malam itu
bulan purnama seperti belahan mangkuk. Menurut Imam Izzuddin, purnama
tidak akan berbentuk seperti belahan mangkuk selain malam ketujuh maupun malam
kedua puluh satu. “Siapakah di antara kamu yang ingat ketika bulan purnama
terbit seperti belahan mangkuk besar?” (HR Muslim).
Pengurus
Pondok Pesantren Dar El Istiqamah Serang Ustad Kholid Ma’mun dalam kajiannya
mengungkapkan sejumlah referensi mengenai kapan turunnya lailatul qadar.
Pertama, kata dia, dalam kitab I’anatuth Thaalibiin juz II halaman 257, cetakan
al ‘Alawiyyah Semarang, disebutkan jika awal Ramadan hari Ahad atau Rabu maka
lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatul qadar malam
21. Jika awal Ramadan hari Selasa atau Jumat maka lailatul qadar malam 27. Jika
awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qadar malam 25.
Jika
awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23.
Kedua,
tutur dia, dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337,
cetakan Daar Ihya al Kutub a ‘Arabiyyah. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatul
qadar malam 29.
Jika
awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qadar malam 21. Jika awal Ramadhan hari
Selasa maka lailatul qadar malam 27. Jika awal Ramadan hari Rabu maka lailatul
qadar malam 19.
Jika
awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qadar malam 25. Jika awal Ramadhan hari
Jumat maka lailatul qadar malam 17.JJika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatul
qadar malam 23.
Ketiga,
ujarnya, dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I
halaman 304 , cetakan Syirkah al Ma’arif Bandung. Jika awal Ramadan hari Jumat
maka lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatul qadar
malam 21. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatul qadar malam 27. Jika awal
Ramadan hari Senin maka lailatul qadar malam 29.
Jika
awal Ramadan hari Selasa maka lailatul qadar malam 25. Jika awal Raamadhan hari
Rabu maka lailatul qadar malam 27. Jika awal Ramadan hari Kamis maka malam
ganjil setelah malam 20.
Kapan
turunnya lailatul qadar, Allah SWT Yang Maha Tahu. Umat Islam hanya dituntun
untuk shalat malam (qiyamul lail), i’tikaf, memperbanyak zikir, membaca
Alquran, dan bershadaqah.
Disunahkan
bagi orang yang melihat lailatul qadar
dengan memuji dan berdoa kepada Allah SWT. “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan suka mengampuni, maka ampunilah aku”. (HR Turmudzi).
M
Quraish Shihab menuliskan dalam buku “Membumikan Al Quran” salah satu doa yang
sering Nabi Muhammad SAW baca dan hayati maknanya yakni “Wahai Tuhan kami,
anugerahkan lah kepada kami kebajikan di
dunia dan kebajikan di akherat dan pelihara lah kami dari siksa neraka.
Artinya,
kata Quraish, doa tersebut merupakan permohonan yakni menjadikan kebajikan dan
kebahagian di dunia tidak hanya sebatas
dampaknya di dunia tetapi berlanjut
hingga hari kemudian kelak. Quraish Shihab berkesimpulan jika yang demikian itu
diraih manusia, maka ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akherat. (Maksuni Husen)***
(Artikel ini sudah tayang di kabar-banten.com edisi Selasa, 12 Mei 2020 dengan judul "Lailatul Qadar, Waktu dan Tanda-tandanya)
Comments
Post a Comment