Mengenalkan Banten Lewat Batik
Indonesia kaya akan sejarah dan budaya. Termasuk
karya-karya yang didasarkan pada keanekaragaman suku, adat istiadat dan budaya.
Seperti karya anak negeri berupa pakaian batik.
Sejak UNESCO menetapkan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2009, sektor usaha pembuatan batik di Indonesia terus berkembang
pesaat.
Hal
itu antara lain karena pemerintah menekankan pemakaian batik di instansi
pemerintahan dan swasta seminggu sekali. Di Banten, motif batik sangat beragam
dan pangsa pasar sudah merambah ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk
mancanegara. Batik Baduy salah satu yang kini cukup dikenal di pangsa
mancanegara.
Sadar
akan pentingnya hak cipta batik, sejumlah pemerintah daerah di Banten telah
terdaftar di Direktorat Jenderal HKI Melalui Direktur Cipta, Desain Industri,
Desain Tata Letak, Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI.
Di
Lebak sejak 2015, sebanyak 12 motif batik yang sudah memiliki hak cipta
tersebut yakni diberi nama khusus khas Lebak dengan berbagai keragamannya.
Sebagaimana diketahui, Lebak memiliki ciri khas, seperti masyarakat adat Baduydan
Kaolotan, serta kekayaan alam yang
melimpah baik tambang maupun wisata. Lebak terkenal dengan tambang emas dan
juga batu akiknya. Belum lagi potensi wisata baik pegunungan maupun wisata
pantainya.
Ke-12
motif khas Lebak dihasilkan dari kerja sama dengan Balai Besar Kerajinan dan
Batik Yogyakarta itu masing-masing diberi nama Motif Caruluk Saruntuy,
Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Seren Tahun, Gula Sakojor, Rangkasbitung,
Angklung Buhun, Kalimaya, Sawarna, Pare Sapocong, serta Motif Sadulur, dan
Lebak Bertauhid.
Bukan hanya di Lebak, di Kabupaten Pandeglang juga demikian. Sebanyak 14 motif batik khas Kabupaten Pandeglang sudah masuk daftar resmi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Sementara itu, ke-14 motif batik tersebut adalah motif Pandeglang Berkah, Pandeglang Lumampah, Pandeglang Tawadhu, Jojorong Sapasung, Kaceprek Sapalengpeng. Kemudian motif Kadu Sakangkot, Gula Kaung Sakojor, Rampak Bedug, Taleus Sabeuti Pandan Sadapur, Puteuy Sapapan Jengkol Sapalekpek, Leuit Salisung Pare Sapocong, Badak Sacula, Kacapi Saruntuy, dan Cangkaleng Sasiki.
Bukan hanya di Lebak, di Kabupaten Pandeglang juga demikian. Sebanyak 14 motif batik khas Kabupaten Pandeglang sudah masuk daftar resmi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Sementara itu, ke-14 motif batik tersebut adalah motif Pandeglang Berkah, Pandeglang Lumampah, Pandeglang Tawadhu, Jojorong Sapasung, Kaceprek Sapalengpeng. Kemudian motif Kadu Sakangkot, Gula Kaung Sakojor, Rampak Bedug, Taleus Sabeuti Pandan Sadapur, Puteuy Sapapan Jengkol Sapalekpek, Leuit Salisung Pare Sapocong, Badak Sacula, Kacapi Saruntuy, dan Cangkaleng Sasiki.
Selain
di Lebak dan Pandeglang, Cilegon, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota
Tangerang, Kota Tangsel dan Kabupaten Tangerang juga memiliki ciri khas
masing-masing. Beragama ciri khas motif
batik makin memperkaya identitas budaya lokal.
Selain
itu, membahas batik tak bisa dilepaskan dari batik Banten. Berdasarkan data
dari pemilik batik Banten, Uke Kurniawan, pada 2018 ada sekitar 245 motif batik
cetak yang dimiliki oleh Batik Banten, namun baru 150 motif yang dipatenkan.
Sebanyak
60 motif batik milik Banten, sisanya sebanyak 90 motif batik milik
arkeolog Universitas Indonesia. Sebanyak 195 motif batik lainnya masih dalam
penelitian untuk mengetahui apa isi dari filosofi motifnya.
Industri
kerajinana batik telah tumbuh cukup pesat. Hal itu tentu menjadi hal positif
karena batik juga bisa menjadi sarana mengenalkan Banten ke nusantara dan
mancanegara. Apalagi saat ini, menggunakan batik bukan hanya untuk ke
acara-acara resmi dan formal, tetapi untuk bepergian pun sudah banyak yang
memakainya.
Industri
batik pun sudah merambah pada bisnis online sehingga semakin mudah dikenal
masyarakat. Meskipun demikian, peran pemerintah pusat dan daerah dalam
menumbuhkan kerajinan batik sangat penting. Terutama perhatian dengan mengikutkan
pada berbagai even baik nasional maupun internasional. Seperti pameran-pameran,
maupun even-even lain.
Pemerintah
perlu mengenalkan batik khas Banten bukan hanya ke luar, tetapi juga
mengarahkan konsumen datang ke Banten. Apa yang dilakukan Batik Banten dengan
mengembangkan produk tidak hanya dalam bentuk baju atau selendang, kini motif
batik dipakai untuk beragam aksesoris seperti tas, gelang, dan kalung, sangat
bernilai ekonomis dan Banten makin dikenal. Hal itu bisa dilihat Banten menjadi
salah satu primadona industri batik di Indonsia. Tak sedikit dari berbagai
daerah pun datang ke Batik Banten hanya untuk melihat proses cetak batik
sekaligus membeli souvenir untuk oleh-oleh. Ini salah satu strategi jitu dalam
mengenalkan Banten ke berbagai wilayah, baik di dalam negeri maupun
mancanegara.***
Comments
Post a Comment