Mengenal Sosok Brigjen KH Syam’un Pahlawan Nasional Asal Banten
Tokoh pejuang asal Banten yang mendapat gelar pahlawan
nasional bertambah. Hal itu setelah
Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan
nasional kepada Brigjen KH. Syam’un (alm), pendiri Perguruan Islam Al-Khairiyah
Citangkil, Kota Cilegon, pada 8 Novmber 2018 lalu. Sebelumnya pejuang asal
Banten yang telah mendapat gelar pahlawan nasional yakni Mr Sjafruddin
Prawiranegara pada 2011 dan Sultan Ageng Tirtayasa pada 1970.
Sebagai masyarakat
Banten, tentu pemberian gelar pahlawan bagi tokoh pejuang asal tanah kesultanan
ini patut disyukuri. Kiprah dan perjuangan tokoh-tokoh asal Banten makin diakui
negara. Namun yang lebih penting dari sekadar gelar pahlawan nasional, yakni
bagaimana masyarakat Banten bisa meneladani semangat tokoh pejuang saat masa perjuangan merebut kemerdekaan dari
tangan penjajah.
Brigjen
TNI (Anumerta) KH. Syam’un lahir di Beji, Bojonegara, Serang, Banten, 5 April
1894. Tokoh pejuang kemerdekaan menentang Pemerintahan Hindia Belanda di Banten
itu, meninggal di Kamasan, Cinangka, Serang, Banten, 28 Februari 1949 pada umur
54 tahun.
KH. Syam’un merupakan keturunan KH. Wasid yang pernah
bergerilya menentang penjajah Belanda pada tahun 1800-an. Sebagai keluarga
seorang patriot, Syam’un mewarisi mandat sebagai sosok yang memperjuangkan
kepentingan bangsa dan negara.
Bagi masyarakat Banten, nama Sya’mun harum sebagai Bupati
Serang pasca-kemerdekaan Indonesia. Ia bertugas sebagai abdi negara di
kabupaten itu pada 1945-1949. Ia meninggal pada 1949 karena sakit, setelah
memimpin pertempuran di Serang.
Machdum
Bachtiar dalam buku “Brigjen KH Syam’un: Tokoh Tiga Dimensi” (Pustaka Kabar
Banten, 2019), melihat tiga sosok keteladanan yang dalam diri KH Syamu’un, yakni
sosok tokoh agama/kiai kurun 1916-1924, tokoh pendidikan (1925-1943) dan tokoh
militer (1943-1949). Sebagai tokoh agama, KH Syamun merupakan perintis
pesantren salafi di Citangkil Kota Cilegon, yang kemudian menjadi cikal bakal
perjuangannya mendirikan perguruan Islam Al-Khairiyah. Sebagai tokoh agama, KH
Syam’un, bukan menjadikan pesantren sebagai basis pengajaran agama, tetapi juga
ilmu-ilmu yang lain, nilai-nilai kebangsaan, kedisiplinan dan menempa santri
sebagai kader untuk pengembangan ajaran Islam.
Sedangkan
sebagai tokoh pendidikan, KH Syam’un
merintis sistem pendidikan madrasah sebagai pengembangan pesantren salafi.
Madrasah yang dinamai Al-Khairiyah Citangkil itu kemudian menjadi inspirasi
dalam pembentukan organisasi Perguruan Islam Al-Khairiyah yang masih eksis
hingga sekarang.
Sebagai sosok
militer, KH Syam’un merupakan tokoh pejuang yang gigih yang memiliki jiwa
patriotis dan nasionalis. Ia pernah bergabung
dengan kelompok Pembela Tanah Air (Peta) bersama Kasman Singodimedjo.
Selanjutnya, Syam’un bergerilya bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Sosok tiga dimenasi KH Syam’un itu paling tidak harus
diteladai oleh generasi sekarang. Masa KH Syam’un dengan sekarang jelas
berbeda. Namun nilai-nilai kejuangan dalam bidang agama, pendidikan dan kemiliteran
relevan hingga sekarang.
Salah satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai kejuangan
KH Syam’un yakni dengan menjadikan buku-buku sejarahnya sebagai salah satu
bahan ajar untuk anak-anak sekolah, khususnya di Banten.
Penulis menyambut baik kebijakan Pemkab Serang yang
mnejadikan buku-buku terbiatan “Selayang Pandang Jejak Perjuangan
Brigjen KH Syam’un Pahlawan Nasional dari Banten” karya Mufti Ali dan Rahayu
Permana akan dijadikan buku bacaan wajib siswa-siswi SD-SMP di Kabupaten Serang.
Tentu, bukan hanya satu buku, tetapi juga buku-buku yang mengungkap sejarah KH
Syam’un bisa menjadi rujukan, mulai tingkat SD, SLTP, SLTA hingga perguruan
tinggi.
Semoga saja,
kepala daerah di Banten memiliki komitmen dalam menjadikan sejarah pahlawan
nasional asal Banten, Sultan Agen Tirtayasa, Mr Sjafrudin Prawirangera dan
Brigjen KH Syam’un sebagai buku pelajaran
di sekolah maupun perguruan tinggi. Tujuannya, agar anak-anak sekolah
baik pelajar dan mahasiswa mengetahui dan mengenal pahlawan nasional asal
Banten dan meneladani nilai-nilai kejuangannya untuk diterapkan pada masa
kini.***
Comments
Post a Comment