Energi dari Tanah Kesultanan
![]() |
Gubernur Banten Wahidin Halim saat melantik Syafrudin-Subadri di Banten Lama, 5 Desember 2018 |
Pelantikan
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang periode 2018-2023 Syafrudin-Subadri
Ushuludin pada Rabu (5/12/2018) lalu, merupakan momentum sakral yang kaya akan
nilai historis.
Pelantikan
yang dilaksanakan di dekat Situs Watu Gilang kawasan eks Kesultanan Banten oleh
Gubernur Banten Wahidin Halim, punya sisi-sisi
luhur dalam upaya merangkai nilai historis kejayaan Kesultanan Banten untuk pembangunan
Kota Serang masa kini dan mendatang.
Menilik
sejarah di Situs Watu Gilang lah, para sultan Banten dulu disumpah sebelum
memikul amanah memimpin masyarakat.
Sejarah, kata sejarawan Ibnu Khaldun,
merupakan integrasi dari pola
siklus dan pola linear. Dengan kata lain, pola sejarah disamping menunjukkan
pengulangan juga terus bergerak maju, tidak berputar di tempat. Unsur kesinambungan
dan perubahan bergabung menjadi satu dalam pola sejarah. Konsep sejarah Ibnu
Khaldun ini dalam teori modern dikenal sebagai teori siklus sejarah. Semboyan terkenal dalam teori
ini adalah I’histoire se repete, artinya sejarah itu berulang apa
yang dulu pernah terjadi akan terulang kembali baik pada masa sekarang
maupun masa yang akan datang (Astrid Dwi Rama, 2016).
Sejarah kejayaan Kesultanan Banten pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang bertahta
1651-1682, bukan hal mustahil
akan berulang. Tentu kejayaan yang dimaksud, berbeda dari sisi konteks. Namun pada
ruh kejayaan itu bisa hidup dalam konteks sekarang.
Gubernur Banten Wahidin Halim yang melantik Syafrudin-Subadri
Ushuludin di Banten Lama, tentu punya maksud mulia dalam upaya membangun
kejayaan Banten. Perhatian Gubernur dan Wakil Gubernur Banten dalam penataan
Banten Lama, tidak hanya dimaknai fisik tetapi yang paling utama perubahan
mental dan karakter pemimpin dan masyarakatnya.
Gubernur Banten Wahidin Halim tentu memiliki alasan melantik
Syafrudin-Subadri di kawasan bersejarah. Kedudukan lokasi eks Kesultanan Banten
Lama berada di Kota Serang. Demikian juga, Kota Serang merupakan ibu kota
Provinsi Banten dan jadi ikon Banten.
Membangun kemajuan dan kejayaan Banten tidak bisa dilakukan
sendiri. Tetapi juga pelibatan kepala
daerah di kabupaten/kota. Dan, Kota Serang sebagai ikon Banten, menjadi pusat
utama atau gravitasi dari perubahan sejarah tersebut.
Pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang Syafrudin-Subadri
yang dikenal dengan duet “Aje Kendor” memiliki modal kekayaan historis, sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Tinggal bagaimana mengk
Slogan Kota Serang sebagai Kota Madani selaras dengan misi
pembangunan yang berbasis nilai-nilai budaya Banten. Oleh karena itu, spirit
“Aje Kendor” menjadi basis kekuatan semangat seluruh masyarakat Kota Serang,
dan paling utama aparatur pemerintahannya.
Gebrakan Syafrudin-Subadri pada 100 hari masa kerjanya dengan
memprioritaskan pembenahan persoalan kemacetan, persampahan, penataan pedagang
kaki lima (PKL), perbaikan jembatan penyeberangan orang (JPO) adalah, satu aksi
riil memulai hal yang sangat dibutuhkan masyarakat. Tentu kendala dan rintangan
akan menghadang. Itulah yang akan menjadi tantangan terhadap spirit “Aje
Kendor” tersebut.
Semangat membangun tanpa pantang menyerah adalah spirit yang
ditanamkan para sultan Banten. Itulah energi luar biasa yang dipancarkan dari
tanah Kesultanan Banten. Mudah-mudah energi itu tetap terjaga, terawat bahkan
terus ditingkatkan kekuatannnya dalam membangun peradaban di Kota Serang.***
Comments
Post a Comment