Demi Waktu, Pers dan Tugas Mulia


Dunia pers identik dengan ketepatan waktu. Kita mengenal dalam kerja jurnalistik istilah “deadline” atau batas terakhir pengiriman berita. Waktu “deadline” mengharuskan wartawan menyelesaikan karya jurnalistiknya. Kedisplinan waktu sejatinya memang bagian dari etos kerja setiap orang, bukan hanya di lingkungan dunia jurnalistik. Waktu jelas sangat berharga, karena waktu akan terus berjalan, dan tidak akan pernah kembali lagi ke belakang.
Begitu pentingnya memanfaatkan waktu, makin dirasakan pada era teknologi digital atau juga disrupsi teknologi sekarang ini. Kecepatan, ketepatan dalam mengelola dan memanfaatkan waktu menjadi sangat menentukan. Jika tidak, maka kerugian atau kebangkrutan akan datang. Apalagi dalam industri pers. Sekarang ini, industri pers, bukan hanya media cetak dan elektronik saja, tetapi juga telah berkembang besat dalam berbagai platform media digital dan online. Jika media cetak, “deadline” hanya waktu tertentu saja, era digital, yakni elektronik dan online, sudah menjadi “real time”, setiap waktu harus menyampaikan laporan jurnalistiknya.
Harian Umum Kabar Banten sebagai salah satu industri pers, tak terasa telah memasuki usia ke-18 tahun pada 30 Oktober 2018 ini. Dalam kurun waktu 18 tahun, Kabar Banten terlibat dalam dinamika pembangunan daerah di Banten. Tentu banyak yang bertanya, apa kontribusi Kabar Banten bagi daerah selama 18 tahun hadir menyajikan beragam produk jurnalistik? Pertama, menjadi saksi sejarah. Berawal dari nama Harian Umum Fajar Banten, adalah salah satu anak penerbitan grup Pikiran Rakyat Bandung yang diterbitkan di Provinsi Banten sejak 30 Oktober 2000.
Namun terhitung 24 Maret 2010, secara resmi Harian Umum Fajar Banten berubah nama menjadi Harian Umum Kabar Banten dibawah perusahaan PT Fajar Pikiran Rakyat. Kabar Banten, pertama kali didirikan dengan nama Fajar Banten, merupakan salah satu koran yang menjadi saksi sejarah terhadap dinamika pembangunan dan kehidupan masyarakat.
Kehadiran Kabar Banten yang terbit pertama kali pada 30 Oktober 2000 dilandasi semangat untuk mengawal pembangunan di Provinsi Banten. Usia Kabar Banten yang hanya berselisih kurang satu bulan dari Hari Jadi Provinsi Banten, merupakan bagian sejarah yang tak terpisahkan. Hampir semua dinamika di Banten selama 18 tahun, terpotret, terpublikasi dan terdokumentasi dalam berbagai produk jurnalistik yang diterbitkan Kabar Banten.
Kedua, menjadi sumber atau bahan literasi. Kehadiran Kabar Banten membawa kontribusi karena menjadi sumber dan bahan literasi atau literatur karya-karya ilmiah. Bukan hanya untuk referensi pembuatan program kebijakan pemerintah daerah, tetapi juga objek, referensi bagi mahasiswa yang membuat skripsi, tesis maupun disertasi. Termasuk juga menjadi tempat bagi para siswa/mahasiswa yang sedang mengikuti praktek kerja lapangan. Kontribusi literasi ini tentu sangat bernilai dalam membangun unsur-unsur peradaban.
Ketiga, menjadi sarana dialektika pemikiran. Sebagai media massa, Kabar Banten konsisten dalam membuat ruang dialektika pemikiran antara berbagai lapisan masyarakat. Seperti pemerintah, ulama, kiai, mahasiswa, dosen, buruh, guru dan petani.
Melalui rubrik opini, sarana dialektika tersebut telah melahirkan sejumlah penulis andal. Rubrik ini mengarahkan perbedaan pandangan, gagasan dan sebagainya dituangkan dalam karya ilmiah yang didasarkan pada argumentasi yang logis. Rubrik ini juga menjadi bagian dalam mengarahkan pada perdebatan yang liar, emosional, dan subjektif. Sarana dialektika pemikiran lain yang dibangun yakni kegiatan “Obrolan Mang Fajar” yang digelar secara berkala, menjadi sarana dalam mencari solusi atas berbagai permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat.
Keempat, menjadi sarana kegiatan sosial. Kabar Banten, selain misi ideal, juga turut dalam berbagai misi sosial. Kontribusi dalam menggalang dana sosial bersama lembaga-lembaga nirlaba, menjadi langkah kongkrit, Kabar Banten menjadi bagian yang tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan masyarakat Banten.

Jaga kepercayaan
Kontribusi nyata dan kongkrit yang diberikan Kabar Banten, bagian dari menjaga kepercayaan masyarakat atau pembaca yang berasal dari berbagai kalangan. Kabar Banten terus berupaya meningkatkan profesionalitas, meningkatkan kualitas konten, tata bahasa, sehingga tetap menjadi koran mainstream (arusutama) bagi berbagai kalangan. Transformasi yang telah dilakukan Kabar Banten, pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menjaga kepercayaan tentu tidak mudah. Apalagi di tengah persaingan industri pers yang makin ketat, dan juga serbuan media digital dan juga media sosial. Media massa mainstream adalah rujukan masyarakat terhadap berbagai berita bohong (hoax). Oleh karena itu, kepercayaan ini harus terus dipegang teguh, karena itu lah modal utama sebuah media massa.
Untuk itu, prinsip kerja di dunia jurnalistik harus dipegang teguh, yakni kerja jurnalistik adalah kerja mulia. Dalam terminologi Parni Hadi (Republika, 31 Maret 2014), disebut sebagai Jurnalisme Profetik atau jurnalistik kenabian. Maksudnya, jurnalisme yang meneladani akhlak dan perilaku mulia para nabi dan rasul dari semua agama.
Parni yakin, jurnalisme profetik adalah genre jurnalisme yang diperlukan Indonesia dan bahkan dunia saat ini, ketika kebebasan berekspresi dapat dilakukan dengan sangat cepat dan menjangkau seluruh jagat oleh siapa pun hampir tanpa batas. Hal itu berkat kemajuan teknologi informasi dengan segala dampak positif dan, terutama, negatifnya, termasuk penyebaran narkoba, pornografi dan terorisme.
Jurnalisme profetik, dalam pandangan Parni, merupakan satu prinsip kerja jurnalistik masa depan.
Di tengah cepatnya perkembangan digital, Kabar Banten berupaya terus melakukan berbagai inovasi yang menjadi kebutuhan masyarakat. Perputaran waktu yang begitu cepat, mengharuskan inovasi harus dilakukan secara terus menerus. Jika lelah berinovasi maka waktu akan menghukumnya.
Sebagaimana firman Allah SWT, ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr). Imam Syafii dalam Tafsir Ibnu Katsir (8/499) menafsirkan, seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.
Waktu adalah simbol kemajuan. Jika tak memanfaatkan waktu untuk kebaikan, maka manusia akan mengalami kerugian. Demi masa, maka jadikan kerja jurnalistik adalah kerja mulia (diniatkan ibadah) sehingga yang diperoleh bukan kerugian tetapi keuntungan yang berlipat baik dunia maupun akherat. Kita berharap bahwa Kabar Banten akan tetap eksis dalam setiap perubahan zaman yang berputar cepat.***

Comments

Popular posts from this blog

Pantai Gope, Wisata Pantai Termurah di Banten

Pers, Koperasi dan Penggerak Ekonomi (Refleksi Enam Tahun Koperasi Karyawan Kabar Banten)

Spirit ‘Aje Kendor’ Memajukan Kota Serang